Silaturrahim dg bukan Muhrim?


Pertanyaan

Mempererat tali silaturrahmi itu sangat dianjurkan oleh Islam. Bagaimana cara mempererat persaudaraan atau ukhuwah sesama muslim, sedangkan kami berlainan madzhab atau aliran. Seperti, saya orang NU dengan tetangga saya yang Muhammadiyah. Bagaimana pula bersilarurrahmi dengan seseorang yang bukan muhrim?

Jawaban

Perlu diketahui, bahwa madzhab bukanlah untuk memisahkan jarak atau hubungan antara kaum beriman. Orang beriman itu bersaudara dengan orang mukmin lainnya. Firman Allah;

إنما المؤمنون إخوة فأصلحوا بين أخويكم
“Sungguh, antar sesama mu’min itu adalah saudara, maka berbuatkan kebajikan antara saudara kalian”.

Madzhab merupakan hasil ijtihad hamba Allah yang mempunyai kepakaran di dalam hukum Islam atau disebut mujtahid atas teks al-Qur’an dan as-Sunnah. Jadi sekali lagi, madzhab diciptakan bukan untuk memisahkan muslim dengan muslim lainnya. Jadi berbeda pendapat itu wajar, selama dalam batas atau koridor ajaran Islam (Syariat Islam) dan berpegang pada al-Qur’an dan as-SUnnah, apapun hasil ijtihadnya. Sebab para mujtahid ketika menemukan pendapatnya tidak bertujuan untuk memecah belah maupun memunculkan perpecahan, tapi justru untuk memperluas kekayaan ilmu itu sendiri.

Jadi untuk mempererat ukhuwah Islamiyah, kedepankanlah kesamaan antar sesama muslim, bahwa kita sebagai umat Muhammad adalah sama. Tuhannya sama, kiblatnya sama, Al-Qur’annya sama, Nabinya sama, dll. Dan kesampingkan berbagai bentuk perbedaan-perbedaan antar umat Islam. Karena perbedaan tersebut sebenarnya hanyalah pada ranah furu’iyah (hukum-hukum cabang) saja. Dan hakikatnya, perbedaan pada aspek furu’iyah itu mestinya bukan membawa malapetaka, tapi justru mendatangkan kasih dan sayang. Sabda Nabi:

إختلاف أمتي رحمة
“perbedaan dikalangan umatku adalah rahmat (kasih dan sayang)”

Yang kedua, masalah silaturrahmi antara pria dan wanita yang bukan muhrim, harus ada batasan-batasannya. Seperti tidak boleh melakukan hal-hal yang bisa menimbulkan syahwat, dan hal-hal lain yang bisa membuka pintu perzinaan.

Perlu diketahui, silaturrahmi yang baik adalah yang saling bisa menghormati dan menghargai pihak wanita. Artinya, si pria bisa menjaga kehormatan dan harga diri wanita. Sebaliknya juga dengan pihak wanita. Dengan demikian kedua-duanya menunjukkan hal yang baik dan tali ukhuwah itu akan terjalin semakin kukuh. Misalnya, ketika berhadapan dengan muhrim, maka jangan kita menunjukkan atau melakukan hubungan yang berlebihan, yang bisa menarik syahwat. Intinya, hubungan ukhuwah dengan orang yang bukan mahram, antara laki-laki dan perempuan atau sebaliknya, maka harus dilakukan dengan batasan-batasan, dengan dasar untuk mengambil manfaat dari ukhuwah itu (silaturrahmi) dan menghindari mafsadah dari keduanya (perzinaan dan hal-hal yang bisa mendekatkan pada zina). Dan semua itu tidak lain dengan didasari atas akhlakul karimah. Dengan menjaga batas-batas tersebut, maka kewibawaan dan kahormatan kaum muslim dan muslimat akan terjaga. Dari situ maka kita akan tahu, ukhuwah itu ternyata saling menjaga dan menghormat. (Ust. Yzd).

Sumber: Salafiyah

Comments

Popular posts from this blog

Biografia Grupo Rivales De San Pedro

Elon Musk says monster Tesla seen on racetrack will go into production by summer 2020